Ketika peralatan listrik membutuhkan 220VAC maka 230VAC akan memberikan fungsi yang maksimal.
Sedangkan peralatan listrik yang membutuhkan 240VAC maka 230VAC masih bisa digunakan meskipun tidak maksimal
Mengapa beberapa pabrik cenderung menghindari tegangan 220V atau 240V
Jika alat di set pada 220V namun ahirnya ketemu tegangan 240V, maka kemungkinan alat menjadi mudah rusak,
Karena alat tersebut sudah mendapat supply tegangan dengan melampaui 10% dari batas nominalnya. Kalau alat ini ketemu tegangan kerja 230V, umumnya masih OK, karena mengalami kenaikan tegangan kerja yang hanya sekitar 5%
Jika alat di set pada 240V namun ahirnya ketemu tegangan 220V, maka sangat mungkin alat tidak mau bekerja, karena mendapat supply tegangan yang lebih rendah 10% dari tegangan kerja optimalnya.
Kalau alat ini ketemu tegangan kerja 230V umumnya juga masih OK karena hanya mengalami penurunan tegangan kerja sekitar 5%.
Atas dasar dua kondisi tersebut di atas maka tegangan kerja 230V seringkali menjadi pilihan walau pada ahirnya belum tentu menjadi pilihan terbaik ketika produk yang bersangkutan dipakai oleh konsumenya, kecuali kalau barang tersebut memang ahirnya ketemu tegangan 230V.